Friday, February 7, 2014

Persamaan Tantangan Menyetir di Jakarta dengan Tantangan Mencapai Mimpi


7 Feb 2014 ~ What A Day!!!. Pagi-pagi ke tempat teman di area yang sama saja membutuhkan 75 menit. Dilanjutkan lagi dengan perjalanan menuju LTC Glodok yang membutuhkan waktu 2 jam (biasanya paling 75 menit). Janji temu ke-2 ini terpaksa harus dibatalkan karena harus nguber ke tebet untuk janji ke-3 dan ke-4. Syukurlah akhirnya perjalanan ke Tebet tidak separah di perjalanan pagi hari. Namun tetap saja pada saat perjalanan pulang membutuhkan waktu 1.5 jam. Dan jika dipikir-pikir, kalau saja aku tetap memaksakan untuk join pertemuan ke-2, alhasil aku akan kelewatan untuk meeting ke-3 dan ke-4 dan belum tentu orang yang diketemui pada pertemuan ke-2 masih punya mood yang bagus setelah aku telat 1 jam dan hari tersebut akan menjadi hari tidak menghasilkan apa-apa.

Dalam perjalanan melawan macet yang lebih banyak ditimbulkan karena jalanan rusak berlubang akibat banjir dan hujan terus menerus membuatku terpikir, perjuangan nyetir di Jakarta sama seperti perjuangan dalam hidup. Orang selalu bilang, kalau kita tidak punya mimpi atau cita-cita, maka kita akan berakhir di tempat yang sama. Tapi setelah kita punya mimpi, kita tahu mau kemana, tapi kalau kita tidak tahu cara mencapainya atau menggunakan jalan yang salah untuk mencapainya, maka kita juga akan berakhir ditempat yang sama. Sama ketika kita nyetir ke satu tujuan di Jakarta, kalau kita mengambil jalan yang salah yang membuat kita terjebak dengan kemacetan super, maka kita akan berakhir menghabiskan waktu dan akhirnya gagal sampai tepat waktu dan harus reschedule jadwal meeting lagi. Jalanan di Jakarta sangat Tricky menurutku karena ada jalan yang sangat ramai tapi ada juga jalan yang lebih sepi peminat sehingga kalau mau sampai lebih cepat di Jakarta, hal ini harus dipelajari. 

Tujuan memang dibutuhkan tapi seringnya sikap kurang persiapan, kurang fokus dan salah membuat keputusan dalam mencapai tujuan membuatku menghabiskan waktu yang tidak perlu dan tidak produktif. Sama seperti ketika balik dari tempat teman, sudah tau jalanan yang aku pilih sering macet karena lampu merah, tapi karena kurang fokus (kebiasaan lewat jalan tersebut, seharusnya kalau terburu-buru lewat jalan lain) dan berpikir mungkin sekarang ngga macet (meremehkan), alhasil menghabiskan 45 menit waktuku hanya untuk putar balik. Dalam perjalanan ke tempat meeting ke-2, karena takut jalanan yang biasanya aku lalui masih ada genangan dan macet (kurang persiapan, harusnya bisa ngecek dengan teman di area tersebut utk kondisi jalannya), akhirnya aku memilih jalan yang aku pikir lebih baik ternyata tidak karena harus menghabiskan 45 menit untuk lampu merah. Dan dilanjutkan dengan keputusan yang salah dalam memilih jalan. Akhirnya Lengkaplah sudah.

Selain itu, keberanian untuk “Let Go” juga harus ada dalam perjalanan mencapai mimpi. Setelah kejar-kejaran dengan waktu dan terlambat 1 jam, masih sempat berpikir untuk join pertemuan ke-2, namun akhirnya aku putuskan untuk skip pertemuan tersebut dengan rasa tidak enak untuk mengejar pertemuan berikutnya. Karena kalau dipaksakan maka jadwal meeting akan mundur semua. Daripada gagal semua lebih baik mengorbankan satu jadwal. Seringnya punya banyak keinginan dan ingin mendapatkan semuanya, namun ketika harus mengorbankan salah satu, maka korbankanlah.  

Entah apa yang membuat aku melihat persamaan antara tantangan macet dalam menyetir di Jakarta dengan perjuangan hidup mencapai mimpi, tapi tetap saja aku akan lebih menyukai jalanan lancar dan mulus untuk menghemat bensin dan biaya perawatan mobil. 


Happy Weekend, enjoy! :)
Happy Weekend
Image source : http://www.coolchaser.com/graphics/tag/happy%20weekend/1 

No comments:

Post a Comment