Tulsian ini dibuat tgl 21 April 2007 ketika terjadi hujan dan banjir besar di Jakarta, namun dari bencana tersebut, aku belajar satu hal, aku belajar Face of Maja
========================================================================
MaJa
Keindahan
yang terpancar
Suatu pandangan yang sudah lama tidak terlihat mengenai sesosok ciptaan
Tuhan, Manusia khususnya Masyarakat Jakarta (MaJa) yang terkenal sebagai mahluk
yang sangat Individualis, yang selalu dikejar oleh Sang Waktu, yang setiap
harinya dari pagi sampai malam selalu berfokus pada “apa yang harus saya lakukan
hari ini”, seakan-akan hidup merupakan pekerjaan, seolah-olah jika mengambil
sedikit waktu untuk bersantai dapat membuat Manusia jatuh kedalam Lobang Hitam
yang tiada akhir, selalu berlari tiada henti sampai Sang Surya digantikan oleh
Sang Dewi yang mengajak dan menemani Manusia untuk berhenti dan beristirahat
sejenak. Segala kesibukan yang mengawali hari demi hari telah menjadi satu
kebiasaan yang jika tidak dilakukan seperti akan menimbulkan “Alergi” dalam
tubuh dan Jiwa MaJa sendiri.
Hal ini mengubah Ciptaan Tuhan yang awalnya adalah mahluk yang Peka, Sosial
dan mencintai kebersamaan, melupakan semua ini dan berubah menjadi mahluk
Individual sehingga tidak dapat memperhatikan (BUTA) sekeliling mereka, tidak
dapat melihat dan menikmati keindahan yang telah diberikan-Nya seperti
terbitnya Sang Surya, Lambaian dedaunan yang mengucapkan “Apa kabar Dunia?”,seyuman
disekelilingnya, anak kecil yang tersenyum dan mengucapkan “Papa Mama Selamat
Pagi”, Sang Istri yang menunggu dengan sabar ucapan “Aku Pulang”, sang Ibu yang
setia menemani buah hatinya Terlelap dan menyelimuti Anak tercintanya.
MaJa melupakan
semua itu, dan aku juga termaksud salah satu dari MaJa yang tidak beruntung
ini. Namun tanggal 21 April menyadarkan aku tentang satu hal atau bahkan lebih
dari satu.
21 april, Hari itu harusnya menjadi hari libur ku, Tidak bekerja dan
Kuliah, namun karena kebiasaan yang diataslah, aku beranjak dari tempat tidur
dan menuju ke Kantor untuk bekerja karena aku berpikir
“it’s working time, bersemangatlah”.
Jam 1 siang, Hujan mulai turun dan semakin deras, aku
tidak memperdulikannya, karena itu
‘hanya aktivitas alam yang biasa’, pikir ku, karena Kebiasaan tersebut.
Sampai aku
mendengar kabar akan Genangan Air yang menghalangi Ku untuk pulang (betapa
Acuhnya aku ini). Aku mulai Binggung terlebih tidak menemukan kendaraan untuk
pulang, untungnya bertemu dengan seorang teman yang seperjalanan sehingga dapat
saling berbagi cerita menghilangkan kebosanan dan kekesalanku.
Kesal karena
berpikir
“kenapa aku ini begitu bodoh harus ke kantor, jika saja pada saat dijalan aku
memutar haluan dan kembali kerumah (aku memiliki keraguan apakah memiliki
jadwal kerja hari ini) aku tidak akan terjebak kedalam kemacetan, hujan lebat
dan Banjir yang Konyol ini”, “apa yang
ingin ditunjukkan Dia kepada diriku?”.
Jam 6 sore, akhirnya menaiki angkutan umum yang penuh sesak dengan
penumpang dan terus bertambah karena tidak adanya angkutan yang beroperasi pada
saat itu, semua berdesak-desakan untuk mendapatkan sedikit bagian kecil untuk
berpijak dan terhindar dari Hujan yang Konyol tersebut dan segera pulang
kerumah. Saat itu, tiba-tiba terlintas dipikiranku,
Mama
Mama ku yang menunggu dengan cemas
“kemana anak
ini,jam segini kok belum pulang?”,
dan terlintas
juga, orang-orang yang menunggu kepulangan para penumpang yang lain,
orang-orang yang terjebak dalam kemacetan, betapa resahnya mereka yang menunggu
kepulangan orang yang dicintainya yang tak kunjung sampai”, ya begitulah
pikirku, dan berharap “Dia” memberikan ketenangan pada semua orang yang dengan
setia menunggu.
Terjebak dalam kemacetan dan Hujan membuat Maja tidak dapat bergerak
kemana-kemana, mereka harus dengan sabar (atau tepatnya Mau tidak Mau) untuk
menunggu dan berhenti. Emosi, Kekesalan dan Kebosanan mulai timbul, Bunyi
klakson Kendaraan terdengar dimana-mana seakan menjadi musik paling populer
saat itu.
½ jam berlalu..........
1 jam
berlalu............
Akhirnya MaJa kelelahan dan bosan mendengar Musik yang Populer tersebut,
MaJa mulai berhenti, melihat sekeliling.
Dari dalam mobil dapat melihat barisan Sepeda motor dan orang-orang yang
berhenti untuk lari dari hujan. Mereka mulai menerima kondisi tersebut. Diluar
mobil, dalam kebasahan, MaJa melihat sekeliling, dari yang tadinya berwajah
marah dan kesel, lama kelamaan berubah menjadi senyum kelelahan dan pasrah, ada
yang mulai berbincang tentang kondisi yang ada, ada yang meminta Api untuk menyalakan Rokok dan ada yang tetap
merasa kesel.
Mereka mulai melakukan interaksi yang jika tidak ada Hujan, Banjir dan
Macet yang Konyol ini, mungkin tidak akan ada pemandangan seperti ini dijalan
Raya. Yang ada hanya kendaraan yang melintas dengan cepat, asap kendaraan, dan
wajah-wajah serius yang berpikir sambil membawa kendaraan, keegoisan untuk
mencapai tempat tujuan masing-masing sampai selalu marah jika ada kendaraan
lain yang menyalip atau menghalangi jalannya. Dan pada saat ini, bisakah mereka
melakukan itu,bisakah mereka memarahi pengemudi yang menghalangi jalan mereka?,
bisakah MaJa terus berlari mengejar waktu? Jawabannya,
“Tidak”
tapi MaJa bisa
mulai membuka mata melihat sekeliling,
melihat keindahan yang ada.
Kakak-ku merupakan salah satu orang yang terjebak didalam kemacetan
tersebut pada saat perjalanan untuk menjemputku. Dia terjebak dan tidak dapat
bergerak. Aku menaiki Angkutan Umum metro mini 91 dan akhirnya diturunkan di
Mal Taman Anggrek karena Macet ini.
Kakak-ku mulai
terjebak dalam kemacetan ini ketika mendekati belokan ke Mal Taman Anggrek.
Akhirnya diputuskan, aku pergi menyusul kakak-ku, temanku yang kebetulan teman
sekerja ku menemaniku berjalan kaki melewati barisan kendaraan yang terdiam. Teman
yang baik yang membohongiku kalau ia juga akan dijemput (yang pada akhirnya ia
berjalan sendiri pulang kerumahnya)
sehingga aku dapat pulang duluan dengan kakak-ku yang mengendarai motor.
Dalam kemacetan
itu, mulai terpikir untuk menerobos taman jalan yang untuk memutar balik,
karena menunggu, akan membuat kita menunggu sampai jam berapa??. Pada saat ini,
dimana yang biasanya MaJa yang begitu mementingkan diri sendiri, mulai
menyadari tanpa kerjasama, saling membantu mereka tidak akan terbebas dari
kediaman ini, akhirnya para pengendara motor mulai saling membantu mengangkat
motor yang lain untuk dinaikkan ke taman jalan, 1 naik, 2 naik dan seterusnya,
setelah motor ke-5 naik, kakak-ku dan aku mulai meninggalkan mereka. Kita mulai
mengambil jalan yang berlawanan arah diikuti oleh motor berikutnya dibelakang.
Beberapa motor yang berada dekat disana mulai bergerak.
Perjalanan mulai lancar meskipun berlawanan arah, sampai kita tiba ke suatu
genangan air dekat kampus Untar, dan melihat kebelakang motor yang mengikuti
tersisa 3 motor dan salah satu diantaranya adalah pengemudi wanita. Untuk menghindari genangan yang tinggi tersebut
akhirnya kita mengambil jalan tol yang harusnya turun, tapi kita naik.
Pelan-pelan menerobos barisan mobil didepan kita, kakak-ku yang awalnya kesal
mulai merasakan sesuatu, dia mulai tersenyum dan berbincang dengan ringan
sampai akhirnya kita tertawa. Kebetulan mengambil lajur kanan yang biasanya
digunakan untuk kendaraan-kendaraan besar, kita harus berjalan dengan hati-hati
dan dibelakang kita, pengemudi wanita yang tadi, harus mendorong motornya
karena mogok, mendorong motor menaiki jalan tol yang tinggi, akhirnya
“kepekaan” MaJa muncul dan turun dari motor untuk membantunya mendorong motor, tidak lama
kemudian, pegemudi lelaki dibelakangnya mulai mendekati dan membantu menyalakan
mesin motor, dan akhirnya....
bremmm..
.
mesin motor
trersebut nyala (kenapa tidak dari awal? J). dan akhirnya
wanita tersebut mulai menampakan senyum diwajah dan mulai melaju bersama
memotong kendaraan yang besar. Dia merupakan wanita yang hebat, dia juga berhasil
mengikuti jalan-jalan yang dipotong kakak-ku yang boleh dibilang tergolong agak
riskan (kebetulan ini juga merupakan hari Kartini, emansipasi wanita).
Akhirnya setelah melewati perjalanan tol yang
panjang tersebut, melihat kebelakang hanya tersisa pengemudi wanita tadi dan
seorang pengemudi berjaket kuning. Kita bertiga akhirnya berhasil lolos dari
kemacetan tersebut. Wajah senyum yang pasrah dan lelah berubah menjadi wajah
Senyum yang bahagia, bahagia karena bisa segera pulang kerumah, bahagia karena akan
segera berkumpul dengan orang yang yang dicintai dirumah, bahagia karena usaha
membebaskan diri dari kekacauan tersebut berhasil.
Usaha yang indah.
Kakak-ku yang akhir-akhir ini mengesalkan ku, namun karena kasih sayangnya
malam itu, aku dapat pulang kerumah, dapat melihat fenomena-fenomena yang
menarik ini. Dan aku mulai bertanya “apakah ini yang ingin ditunjukkan padaku
hari ini, sehingga aku bisa salah jadwal dan pergi kekantor??, apakah ini yang
ingin ditunjukan pada MaJa?” jawabannya bisa berbeda-beda pada setiap MaJa,
namun bagi ku ini merupakan hal yang menarik yang membuka mata ku kembali.
Hal ini
memperlihatkan padaku bahwasanya, MaJa juga tetap memiliki kepekaan,
sensitivity dan perhatian terhadap sekelilingnya, hanya saja MaJa terlalu terobsesi
dengan semua pekerjaan dan ambisi sehingga membutakan mereka.
Namun apakah
harus selalu dengan Banjir, Macet dan Hujan ini, untuk dapat membuka mata Hati
MaJa???. Apakah setelah sehari, setelah seminggu, setelah sebulan dan akhirnya
setahun, pandangan ini akan tetap melekat dipikiran???mungkin tidak semua MaJa
akan mengenang hari itu, tapi akan ada sebagian yang akan tetap mengingat hari
itu, dan akan berusaha untuk tetap membuka mata untuk melihat sekeliling,
menikmati keindahan yang terpancar dari wajah-wajah MaJa yang lain, menikmati
indahnya lambaian dedauanan dipagi hari, malam hari dan dimana yang mengucapkan
“hi, apa kabar dunia?”, tawa anak kecil yang bermain. MaJa yang mengingat itu akan
mencoba untuk membuka mata MaJa yang lain untuk menikmati keindahan yang
diberikan-Nya dengan mulai memberikan senyum pada bapak-bapak atau Ibu-ibu yang
kelelahan berjalan, orang dewasa yang terhanyut dalam pekerjaan, teman-teman yang
bersedih dan mengucapkan “ hi, Lihatlah
dunia, berdiri dan lihatlah keindahan yang diberikan oleh Nya!!!” (/ly J )
=================================================================
setelah membaca tulisan ini, aku berusaha mengingat siapakah temanku yang baik itu yang menemani aku jalan kaki? kenapa aku bisa lupa? ;(
No comments:
Post a Comment