Sunday, September 29, 2013

Manado "SI TOU TIMOU TUMOU TOU"

Setelah wisata air di Manado, Nah bagaimana dengan Kota Manado sendiri?

Perjalanan ini mirip seperti perjalanan / wisata reliji. Beberapa tempat wisata yang kita datangi antara lain: bukit Doa yang terdapat Goa Maria dan Jalan Salib. Buat teman-teman beragama Kristen, perjalanan ini memiliki makna tersendiri, namun buat yang non Kristen, tempat ini tetap menarik karena dibuat dengan tatanan yang sangat alamiah. Sebelum memulai perjalanan Salib, kita melewati sebuah danau buatan yang penuh dengan bunga Teratai dan Water Lyly. Dan dalam perjalanan salib, kita di kelilingi oleh pepohonan dan menemukan patung-patung yang menceritakan pengorbanan Yesus Kristus bagi umatnya, sampai memasuki lorong gelap yang cukup spooky juga kalau masuk sendiri sebelum akhirnya kita menemukan cahaya di ujung lorong yang menghantarkan kita ke Gua Maria. Setelah itupun, kita bisa menikmati pemandangan Gunung Lokon dan hijaunya rumput luas dengan udara yang sejuk (kebetulan habis hujan). Pemandangan yang sangat indah dan tenang.



Jika di Jakarta dan kota di Pulau Jawa lainnya, rumah ibadah yang paling mudah kita temui adalah Mesjid, bahkan aku tinggal di sebarang Mesjid, namun di Manado yang paling sering kita temui adalah Gereja, baik itu untuk Protestan maupun Katolik. Hal ini banyak dipengaruhi oleh bangsa Eropa yang dimulai dari Protugis, Spanyol dan Belanda yang mengirimkan misionaris ke Manado jaman dulu. Meskipun setelah dibaca-baca di literature lain, sebelum agama Kristen menjadi agama mayoritas penduduk Manado, agama Islam adalah agama yang banyak dianut oleh penduduknya. Tapi, apapun agama mayoritasnya saat ini, Manado memiliki toleransi yang sangat tinggi dalam kehidupan beragama. Diceritakan oleh tour guide lokalnya bahwa ketika hari besar agama Kristen, maka penduduk beragama Islam akan menjaga keamanan dan ketenangan area ibadah Kaum Kristen dan begitu sebaliknya. Toleransi ini juga dihadirkan dalam bentuk nyata. Pemerintah setempat membangun satu area yang dinamakan Bukit Kasih, dimana di area ini terdapat 5 tempat ibadah yang mewakili 5 agama yang diakui pemerintah Indonesia dan juga monument segi 5 yang setiap sisinya diberikan ukiran dan ajaran masing-masing agama. Dan menurut cerita rakyat, jika ingin melihat wajah dari nenek moyang orang Manado, ktia juga dapat melihatnya di Bukit Kasih ini.
Tingkat toleransi yang tinggi ini mungkin juga tidak terlepas dari ajaran hidup penduduk manado seperti slogan yang terlihat di Bandara Sam Ratulangi SI TOU TIMOU TUMOU TOU : Manusia baru dapat disebut manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia“. Kalimat ini merupakan kalimat yang diceritakan pertama kali oleh pemandu local ketika kita menaiki bus. Seringnya karena tuntutan hidup, kita menjadi orang yang egois dan kalimat ini mengingatkan kita bahwa hidup menjadi benar-benar hidup ketika kita dapat berguna juga untuk orang lain. Begitulah ajaran sangat benar yang di tinggalkan salah satu tokoh Nasional kita yaitu Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi.




Lainnya :
Gulai Kelelawar yang dimakan dan diselingi dengan minuman arak yang terbuat dari berbagai macam akar tumbuhan. Kelelawar atau Paniki ini tidak menjadi favorit ku karena baunya menurutku terlalu menyengat dan terasa seperti Hati B2.

Tarsius, Monyet kecil dengan mata belo ekor panjang yang pemalu. sayangnya kita hanya bisa liat yang sudah dipelihara karena hujan yang menghalangi kita mengunjungi Taman Nasional Tangkoko, habitat asli Tarsius. 




No comments:

Post a Comment