Saturday, January 18, 2014

Kehangatan Dalam Banjir #DiaryBanjir

Curah hujan yang tinggi dan air laut yang pasang serta kiriman air dari kota tetangga di Bogor berhasil melumpuhkan hiruk pikuk kota Jakarta. Kota yang tidak pernah berhenti bergerak. Tidak hanya rumah sakit yang 24 jam, ATM 24 jam, tempat hiburan 24 jam, bahkan mini market pun sudah 24 jam. Kalau dahulu macet terparah di hari senin & jumat, jam pergi dan pulang kantor, sekarang macet setiap saat bahkan di hari sabtu. Kita semua yang tinggal di kota ini, hampir selalu terlihat sibuk. Bangun pagi, pergi kerja, pulang sampai rumah sudah malam karena macet ataupun lembur. Hari libur kita menyibukkan diri juga dengan pergi ke mall ataupun tempat hangout lainnya atau kita menyibukkan diri sendiri dengan social media, browsing internet dan lain-lain.

Mungkin banjir datang untuk membuat kita berhenti sejenak, menikmati dan mensyukuri apa yang ada di sekeliling kita, yang berada di dekat kita bukan yang berada jauh, yang harus menempuh perjalanan jauh dan bermacet ria. Mensyukuri apa yang kita miliki saat ini bukan yang dimiliki tetangga. Mencintai keluarga kita apa adanya bukan mengharapkan berada dikeluarga yang berbeda. Banjir saat ini membuatku memikirkan hal ini terlebih karena 1-2 bulan terakhir ini memang terasa sangat banyak kegiatan diluar rumah pada saat hari libur sehingga jarang menghabiskan waktu dengan pasangan dirumah. Disaat hari kerja, pulang rumah pun sudah malam sehingga tidak memiliki cukup waktu bersama pasangan. Dengan banjir, kami terpaksa terkurung di dalam rumah sepanjang hari. Banjir membuat kita berdua memiliki perhatian bersama yang dapat saling dikomunikasikan. Ketika hujan datang, kami bersama was-was apakah ketinggian air akan naik lagi dan masuk ke dalam rumah. Ketika air mulai surut kami pun bergembira bersama akhirnya air tidak masuk ke rumah sehingga tidak perlu mengangkat perabotan. Disaat ketinggian air naik lagi dan terpaksa harus mengungsikan mobil ditengah malam, memunculkan rasa kekhawatiran satu sama yang lain. Aku yang mengkhawatirkan suami mengungsikan mobil ke area parkir sendirian. Suami yang mengkhawatirkan aku berada di rumah sendirian ketika dia mengungsikan mobil. Meskipun tubuh terasa lelah, tapi hati terasa hangat. Dengan
http://www.luvimages.com/image/two_blue_cups_of_tea-934.html
kelelahan tetap kusempatkan untuk membuat secangkir teh hangat menyambut kepulangan suami. Dalam kelelahan, sebelum tertidur, suami masih menyempatkan untuk mencium keningku. Hari berlalu dengan kebersamaan. Menghabiskan waktu bersama, sarapan, tidur siang bersama, menonton TV, buka laptop bersama sambil berbicang, NgeTeh Bareng sambil menikmati bolu gulung dan lainnya.

Tepat sampai di tulisan barisan terakhir ini, hujan semakin deras dan airpun akhirnya menguasai dalam rumah. Dengan tenaga dari hasil pengolahan Indomie sebagai makan malam, kita pun mulai mengangkat semua perabotan kursi, kasur dan lainnya dan akhirnya mengungsi di tengah malam naik perahu karet ;D.

Buat sebagian orang yang terkena "banjir super" sampai masuk kedalam rumah memang sangat tidak menyenangkan dan tentunya merepotkan tapi tidak bisa dipungkiri kondisi saat ini juga membuat kita lebih dekat dengan orang disekitar kita. Kita berhenti dari semua kegiatan kita masing-masing dan bersama-sama menghadapi serta “menikmati” bencana ekonomi ini. Memang tanpa harus ada bencana ekonomi seperti ini untuk dapat menikmati kebersamaan, hanya saja karena kesibukan dan tuntutan diri, hal ini sering terlupakan. Semoga kebersamaan dan kehangatan seperti ini selalu terjaga setiap saat sehingga tidak perlu diingatkan oleh bencana atau tragedy.   

Semoga Banjir cepat Mereda dan yang mengalami musibah ini dikuatkan untuk dapat kembali menjalankan kehidupan yang lebih baik lagi. Semoga semakin banyak orang yang sadar untuk menjaga lingkungan tempat kita tinggal karena apa yang kita tabur adalah apa yang kita tuai.   

1 comment: