Saturday, August 30, 2014

Jadi "Berasa Penting" karena Smartphone?

"Lebih baik ketinggalan dompet daripada ketinggalan HP" adalah pernyataan yg lumrah diucapkan saat ini dan disetujui oleh banyak orang. Kemana-mana kita memegang HP / Smartphone kita. Koran sudah bukan menjadi bacaan di pagi hari, bahkan sampai ke toilet sekalipun, smartphone tetap tdk lepas dari tangan kita. Dan lebih bikin sedih adalah bangun tidur bukan pasangan yg kita sapa, tapi smartphone kita :|

Seringkali meskipun tidak ada message yg masuk, semua social media sudah di update, tetap saja ketika iklan di tv kita langsung membuka smartphone kita. Kalau dulu bolak balik buka kulkas padahal tahu kalau kulkasnya sudah tidak ada makanan, sekarang bolak balik buka smartphone padahal tahu kalau belum ada update apa-apa.

Tidak membawa handphone sesaat saja seperti takut kehilangan informasi atau update penting. Berasa jadi orang penting yg akan terima informasi penting atau kabar lainnya lewat Whatsapp, BBM, Line dll seakan-akan kalaupun ada message masuk dan tidak langsung di respond kita akan kehilangan business jutaan US dolar. Gambaran diatas tidak jauh dari prilaku ku sendiri yg suka "Berasa Penting".

Hari ini mendapat kesempatan mengikuti "One Day Mindfulness" yang merupakan kegiatan belajar bermeditasi dengan objek memperhatikan nafas dan meditasi Jalan. Pastinya dalam kegiatan seperti ini, HP is not allowed. Sebelum masuk ruangan, semuanya sudah dititipkan ke panitia. Tapi sebelum itu, buru-buru langsung BBM ke suami untuk laporan dulu. Pada saat istirahat langsung mendatangi panitia untuk mengambil Handphone.

L: mau ambil handphone dong
P: buat apa?
L: (kaget ditanyan begitu, lgsg bikin alasan pasaran) telp rumah
P: penting banget y?
L: emang kenapa mas? Emang ga boleh?
P: ya kalau ngga penting banget, baiknya ga usah karena lagi latihan meditasi (biar jaga pikiran dan suasana hati)
L: oh gitu...ya wes lah ga pa pa. Makasih y.

Setelah itu, muncul berbagai pikiran,
"aduh ada yang telp ga ya?", "suami ada cariin ga y? Ntar ga di respond ngoceh2" dan lain2nya. Pikiran macam-macam dan gelisah pun datang menyerang sekitar 1 jam. Dalam hati masih ingin kembali k panitia untuk bilang urgent butuh telp tapi tetap di tahan sampai akhirnya mulai lagi sesi latihan.

Setelah acara selesai dan Handphone sudah di tangan, coba tebak berapa banyak message dan telp yg masuk? Dan apa isinya? sepeting itukah aku? Berapa banyak bisnis yang hilang akibat tidak memberikan respond seketika?

Misscall : 1 - rekan kerja utk menginformasikan perubahan meeting di hari senin (Important but not deadly)
Sms : 4 - informasi KTA, pinjaman dll (SPAM bgt)
BBM suami : 5 - update kegiatan nya (ngga ngoceh2 tuch)
Whatsapp : 2 Group chat (ga ada gue, juga lanjut aja ngobrolnya)

jadi kesimpulannya..... Aku suka sok "Berasa Penting" padahal ya ga ada aku, dunia juga tetap berputar. :)

Smartphone itu seolah menyihir kita membuat kita berasa sibuk dan ga punya waktu banyak untuk melakukan hal-hal yang harus kita lakukan. Padahal apa yang kita lakukan dengan smartphone seperti browsing atau liat status FB orang itulah yg menghabiskan waktu dan seringnya tidak memberikan manfaat apa-apa dan mungkin juga banyak yg sudah sadar dan sepaham dengan ku, tapi memang tidak mudah untuk merubah kebiasaan dan perasaan "sok penting" ini karena kita sudah terbuai dengan teknologi smartphone ini lebih dari 5 tahun. Kebiasaan 5 tahun tidak akan bisa di rubah secara instan namun cobalah utk take a day off dari handphone ataupun gadget selama 1 hari dalam 1 bulan dan rasakan bedanya, atau kalau sulit, mungkin bisa dimulai dengan beberapa jam dalam 1 hari. Paling berasa beda kalau ga pegang handphone di pagi hari sebelum berangkat kerja. Rasanya kita akan punya waktu yg lebih banyak utk menjalin hubungan dengan orang rumah dan perasaan akan lebih relax.

Anyhow, tulisan ini ditulis lewat smartphone juga. So, lets use our smartphone wisely.

Happy weekend and enjoy.

No comments:

Post a Comment