Topik ini datang padaku ketika aku bangun pagi 2 hari yang lalu. Mungkin banyak sudah yang mengatakan hal yang sama "segala sesuatu ada dua sisi, negatif & positif, tergantung kita mau lihat sisi mana", namun sebanyak orang yang mengatakan hal tersebut, sebanyak itu juga yang ketika dihadapi pada kondisi yang sulit, hanya mampu melihat sisi negatif yang membuat diri semakin terpuruk. Sehingga aku tetap ingin menulis topik ini untuk mengingatkan diriku ( dan kamu, jika berkenan) ketika menghadapi masa yang sulit, harus selalu membuat diri mampu melihat sisi positif yang dapat membangkitkan diri untuk terus berusaha.
Malam itu, sebelum aku tidur, aku tiba-tiba kepikiran perjalanan karirku sejak tahun 2005, dimana aku memulai pekerjaan setelah lulus kuliah dibidang sales di perusahaan distributor produk seperti biskuit Tango, dll. Jika menyebut nama perusahaan tersebut, maka semua orang akan sepakat dengan kalimat ini "wah gila, tuh ma perusahaan yang mental pressurenya sangat tinggi, kasar & keras hidupnya". Ya, sebagai alumni dari perusahaan tersebut, memang semua itu aku alami, bahkan kata "bre**s*k" pun pernah aku terima yang membuat ku cukup shock secara aku masih fresh grad. Semua terasa begitu menyesakkan dada, dimulai dari tidak adanya waktu untuk bersosialisasi dengan teman, keluar dari rumah sebelum matahari terbit pulang setelah matahari terbenam, lingkungan kerja yang saling "lempar bola" (lempar tanggung jawab), menghadapi kata "gue ga mau tahu, pokoknya....", dsbnya. Namun setelah aku resign dari perusahaan tersebut, aku menyadari semua kondisi dan situasi yang aku hadapi diperusahaan tersebut telah mengembangkan tingkat daya juang dan memiliki mental yang kuat untuk menghadapi semua tantangan. Setelah 1.5 tahun aku bekerja disitu, aku sudah benar-benar mempelajari dan mempraktekan "Tidak Ada Yang Tak Mungkin ketika kita diposisikan di kondisi kepepet". Selain itu, kenangan yang pastinya tidak akan pernah hilang dari ku adalah kenangan bertemu dengan pria yang menjadi suamiku saat ini :D. Karena kondisi pekerjaan yang padat, mulai membuatku beripikir untuk mencati "teman" yang bisa menjadi tempatku bersandar ketika aku lelah, dan disitulah aku bertemu dengan dia yang akhirnya sekarang sudah menjadi teman hidupku. Jika sekarang, ketika orang bertanya tentang perusahaan tersebut, aku akan selalu bilang "kalau punya saudara yang baru lulus kuliah, maka kasih kerja aja disitu 1-2 tahun untuk latihan mental, tapi jangan lama-lama" :D
Ketika aku kuliah jenjang S2 dimana lokasinya sangat jauh dari rumahku dan sangat terkenal dengan jam kuliah yang super padat (jam 8AM-4PM) dan tugas yang tiada akhir yang sering membuat mahasiswanya pulang malam sekali. Kegiatan ini memang dirancang oleh Perguruan tinggi ini untuk mempersiapkan mahasiswanya menghadapi dunia kerja yang tidak selalu manis & lembut. Saat itu, karena lokasi yang jauh, sang pacarpun menawarkan diri untuk mengantarkan ku pulang rumah. Namun kondisi perjalanan yang melelahkan karena harus menghadapi kemacetan dari kantornya ke kampus sekitar 1 jam, perjalanan pulang ke rumahku sekitar 1.5-2 jam, terus melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya sekitar 1 jam, dengan total waktu 4 jam untuk perjalanan pulang, padahal kalau dia langsung pulang dari kantor ke rumahnya, mungkin hanya mengambil waktu 45 menit, tidak jarang membuat pacarku jengkel jika masih harus menunggu aku dikampus, hal ini otomatis membuatku memiliki jam pulang dari kampus yang membatasi ku dalam penyelesaian tugas dan pergaulan dengan teman sekelas. Namun setelah dipikirkan lagi, kondisi ini telah memaksaku untuk belajar menjadi orang yang lebih fokus dan efektif dalam menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Hal ini juga aku syukuri karena sudah bisa membuatku pulang lebih awal (sekitar jam 7) yang jika dibandingkan dengan mayoritas teman sekelasku yang sangat sering pulang diatas jam 9 malam. Selain itu, hal ini juga membantuku melihat bagaimana supportivenya pacarku terhadap pengembangan diriku yang membuatku memilih dia sebagai pansangan hidupku.
Kehidupan masa kecilku, berasal dari keluarga yang pas-pasan yang harus memanjat tembok rumah untuk mengintip siaran TV dirumah tetangga yang kalau ketahuan sama tetangganya, maka TV tersebut akan digeser sehingga kita tidak bisa lihat lagi, pelit sekali bukan tetanggaku tersebut? :D. Selain itu, kadang menu makan malam kita juga adalah nasi putih diberikan minyak B2, dan kecap manis, meskipun rasanya sangat aku senangi bahkan sampai sekarang, nasinya terasa wangi sekali meskipun kurang bergizi dan yang ada hanya lemak. Atau ibuku harus membawa kita kerumah tetangga, dan membantu membereskan rumah orang tersebut yang digantikan dengan sekali makan malam untuk kita anak-anaknya. Aku tumbuh menjadi remaja yang lebih tangguh dan memprioritaskan materi yang akhirnya membuatku memasuki dunia sales sebagai SPG untuk mendapatkan penghasilan tambahan karena adanya pikiran untuk tidak ingin minta uang jajan dari orang tua setelah berumur 17 tahun. Pengalaman SPG semasa kuliah, membuatku mengambil karir dibidang penjualan untuk selanjutnya, yang akhirnya mengasah kemampuan komunikasiku dan membuatku menjadi seorang negotiator dan public speaker yang cukup handal dilingkunganku yang membawaku berhasil meraih Beasiswa untuk melanjutkan kuliah jenjang S-2. Selain itu, pengalaman masa kecilku juga membuatku menjadi orang yang sangat terencana (hemat) dalam hal keuangan yang mampu membuatku berbelanja berdasarkan faktor fungsional yang mungkin banyak wanita merasa kesulitan untuk menghindari impulse buying. Dan karena masa kecil yang sehari-harinya berlalu tanpa snack, secara tidak sadar membentuk kebiasaan baik pas dewasa dimana aku tidak pernah senang dengan snack yang akhirnya membantu menjaga bentuk tubuhku apalagi aku mengetahui ternyata banyak temanku yang merasa kesulitan untuk menghindari snacking meskipun mereka sadar bahwa hal itu tidak baik untuk kesehatan.
ketiga bagian cerita diatas, menunjukkan padaku bahwa sesulit apapun kondisi yang harus aku lalui, selalu akan ada hal baik yang menantiku dan ku harap, hal ini selalu bisa kuingat dan menjadi pegangan ku ketika menghapi kesulitan karena seperti kata pepatah, "Habis Gelap Terbitlah Terang". Semoga kamu juga bisa memegang pepatah ini untuk menghadapi kesulitan yang ada.
No comments:
Post a Comment