Monday, May 7, 2012

Memang Bukan Dia Yang Bermasalah, Tapi AKU Yang Bermasalah

Ketika kita berada di suatu kegiatan yang mengkondisikan untuk berkonsentrasi & tenang seperti belajar di kelas, meeting, menghadiri kegiatan ibadah, dll seringnya kita tidak bisa berkonsentrasi 100% dari awal sampai akhir kegiatan karena banyak gangguan internal maupun external. Internal seperti ngelamun, mikirin hal yang lain, external seperti handphone, orang didekat kita yang ngobrol terus dll. Kemarin pas aku mengikuti kegiatan ibadah yang aku inginnya berkonsentrasi 100%, namun karena jumlah yang datang sangat banyak, akhirnya aku mendapatkan tempat duduk bersampingan dengan sekelompok cewe yang senang sekali mengobrol  dari awal sampai akhir kegiatan dengan suara yang cukup besar seperti kalau mereka lagi hangout ngumpul di mall khususnya wanita yang duduk di depanku yang selalu mengajak temannya yang duduk di sampingku ngobrol dengan suara kencang seakan dunia milik mereka. Rasanya jengkel pun akhirnya muncul ketika dia mulai tidak duduk rapi dibarisan dia dan geser miring kebelakang supaya dia mudah ngobrol dengan temannya dan memberikan ruang yang sangat sempit untukku. Sudah suasana ramai, dia ngobrol terus seperti lagi di mall, duduknya sembarangan, Waah....bener-bener bikin sebal.

Hal diatas sering terjadi dalam keseharian, ketika kita ingin fokus & konsentrasi sering kali muncul godaan/gangguan yang bikin kita kehilangan konsentrasi dan kita biasanya sering mengatakan "iya, berisik banget ni, jadi ga bisa konsentrasi". Kita seringnya menyalahkan kondisi external untuk hal ini, kalau bahasa kerennya "External Locus of Control". Seperti kemarin itu, aku sebal sekali dan selalu mencoba melihat apakah ada tempat duduk yang kosong di area lain, yang akhirnya membuatku tidak bisa beribadah dengan khusuk. Sampai beberapa saat kemudian, tiba-tiba aku berpikir, Mungkin masalahnya bukan di orang tersebut, mungkin orang tersebut juga merasa aku mengganggu mereka karena duduk di tempat yang memisahkan dia dengan temannya, mungkin karena badannya aga besar, maka dia tidak bisa duduk tenang seperti aku, Mungkin memang dia ada untuk menguji kemampuan berkonsentrasi ku, mungkin memang aku sendiri tidak bisa 100% berkonsentrasi dengan ada dia ataupun tidak ada dia. Tanpa ada dia, mungkin aku juga bisa nengok sana sini ga memperhatikan. Dan pastinya yang hatinya kesal saat itu adalah aku, jadi aku mengambil kesimpulan bahwa Bukan dia yang Bermasalah, Tapi AKU yang Bermasalah. Kalau memang niatku beribadah dengan khusuk, harusnya dengan ada dia ataupun tanpa dia, aku bisa berkonsentrasi, dan akhirnya aku berkata pada diri, mungkin aku harusnya menjadikan dia "guru" ku, karena dia melatih konsentrasi & kesabaranku. Dan hebatnya, beberapa saat setelah aku mengambil kesimpulan seperti itu, kekesalanku pun perlahan mereda meskipun memang aku belum bisa berkonsentrasi 100%, namun dapat melanjutkan ibadah dengan hati yang lebih tenang & diakhir kegiatan ibadah, aku malah ditawari makanan :D

"Memang Bukan Dia Yang Bermasalah, Tapi AKU Yang Bermasalah", ini merupakan cara berpikir yang menurutku lebih praktis karena kita tidak bisa mengontrol atau merubah orang lain, namun kita akan lebih mudah (PASTINYA) untuk merubah diri sendiri. Daripada kita menghabiskan waktu untuk menyalahkan orang lain, lebih baik kita melakukan tindakan yang bisa membuat diri kita lebih baik ketika berada di kondisi yang tidak menyenangkan (Internal Locus of Control). Dalam kasus diatas, berada pada lingkungan yang banyak orang mengobrol, daripada meminta geng cewe tersebut untuk diam yang aku yakin akhirnya aku akan mendapatkan cibiran, tatapan sinis dan belum tentu mereka diam, lebih baik aku merubah cara berpikirku dan memperbaiki masalah dalam hatiku yaitu menghilangkan kejengkelan dan memusatkan perhatian pada ibadahnya. Hal ini sangat memungkinkan, karena secara tidak sadar, ketika kita sangat berfokus pada sesuatu, lingkungan external akan sangat susah memecahkan konsentrasi kita, contohnya ketika dulu senang nonton film & kalau pas lagi seru, mau dipanggil mama makan berkali-kali pun aku ga dengar sampai mama harus berjalan kearahku dan menepoki pundak, aku baru "oh...ada apa?". Atau ketika lagi asik bbm-an atau online chatting, dipanggil bos pun kita ngga denger, benarkan? dan yang penting jangan lagi asik browsing kerjaan baru, bos lewat ga nyadar, runyam dech urusannya :p. Contoh ringan yang terjadi sehari-hari menunjukkan bahwa sebenarnya Fokus & konsentrasi itu berasal dari Internal diri kita sendiri. Ketika kita begitu tertarik dengan suatu kegiatan, maka Fokus merupakan sesuatu yang sangat mudah dilakukan, namun ketika hal itu tidak menarik bagi diri kita, maka sedikit saja gangguan bisa membuyarkan fokus kita.

Lebih mudah kita merubah diri sendiri & membiarkan orang lain mengikuti kita (jika mereka mau karena merasa terinspirasi) daripada kita mengubah orang lain.

No comments:

Post a Comment