Pagi ini sambil makan kerupuk tiba-tiba teringat pengalaman berbelanja sepatu di Payless Shoe Store Central Park minggu lalu bersama adikku. Awalnya untuk makan siang berdua saja sambil ngobrol namun karena pengen beliin dia tas & sepatu, akhirnya pun kita shopping bareng. Shopping bareng bersama gadis cilik berumur 11 tahun bisa jadi menyenangkan dan melelahkan juga.
Adikku terbiasa dengan gaya hidup simple dan tidak banyak pilihan karena Ibuku biasanya yang menyediakan semua kebutuhannya tanpa dia terlibat dalam proses berbelanja dan dia hanya tinggal pakai aja sehingga tidak perlu mikir beli yang mana ya, tidak perlu memilih. Bahkan kalau ditanya mau makan apa, jawabnya terserah ;(. Pengalaman berbelanja sepatu minggu lalu cukup melelahkan buat dia karena harus memilih & memutuskan sendiri mana yang diinginkan. Dan hal itu tidak mudah karena selalu saja model yang dia sukai (yang nyaman) ukurannya tidak pas, kekecilan atau kegedean. Ukuran pas tapi modelnya ga suka. Dia mencoba satu demi satu sambil berjalan mutar-mutar yang akhirnya membuat dia lelah dan berkata "Enakkan sepatu dipasar". Kalimat itu sangat mengejutkan & menggelitik, memang selama ini seringnya mamaku berbelanja dipasar untuk semua kebutuhan rumah karena dekat & sudah terbiasa. Dan dia terbiasa tidak perlu melakukan pilihan dan hanya menerima, sehingga ketika dia diberikan kebebasan memilih, malah membuat dia merasa kerepotan dan rumit.
Aku rasa kegiatan memilih sepatu sama seperti hidup. Dalam hidup, kita selalu mempunyai beragam pilihan, sekolah mana yang mau dimasukkin, kampus mana, pria/wanita mana yang mau dikencani, perusahaan seperti apa yang mau di lamar, kerjaan seperti apa yang diinginkan, pasangan mana yang mau dinikahi, pernikahan seperti apa, bulan madu dimana, berapa anak yang mau dimiliki, hadiah apa yang mau dibeli, makanan apa, jalanan mana yang tidak macet. Semua penuh pilihan dan memang pada akhirnya kita harus selalu memilih & mengambil keputusan untuk melanjutkan hidup. Semua pilihan selalu memiliki resikonya sendiri. Sering kali kita tidak tahu mana yang harus dipilih karena takut membuat kesalahan dan akhirnya malah memilih untuk tidak memilih sehingga berada disatu tempat yang sama (status quo)
Kalau dipikirkan keputusan pilihan hidup sama seperti membeli sepatu, sebelum memutuskan sepatu mana yang akan dibeli, kita bisa mengetes sepatu mana yang kira-kira cocok. kita boleh mengetes & berjalan sepanjang lorong untuk mengetahui kenyamana dan kecocokan kaki kita dengan sepatu tersebut (ngetes ngga bayar). Dalam hidup, ketika banyak pilihan yang kira-kira cocok dengan kita, tidak ada salahnya kita mencoba menjalani pilihan tersebut terlebih dahulu dan ketika mengetahui bahwa pilihan tersebut tidak nyaman bagi kita seperti ketika sepatu tidak nyaman untuk kaki kita, maka kita akan mengganti dengan sepatu lainnya untuk dicoba lagi sampai dengan menemukan sepatu yang cocok untuk di beli.
Dan sama seperti sepatu juga, banyak model & ukuran, selalu ada beberapa model sepatu yang tidak akan pernah kita pilih untuk hanya sekedar mencoba karena kita tahu dengan pasti bahwa sepatu tersebut bukan selera kita, begitu juga dengan sepatu yang ukurannnya terlalu besar/kecil untuk kita, meskipun mungkin modelnya indah sekali karena buat apa kita coba toh tidak akan membelinya juga. Sama seperti hidup, akan ada pilihan-pilihan yang tidak pernah kita pilih karena meskipun ada orang lain yang sangat menyukainya tapi kita tahu bahwa kita tidak akan pernah nyaman dengan hal tersebut, maka kita akan menghindari pilihan tersebut & tidak tertarik untuk mencobanya.
Latar belakang kita memang menentukan model sepatu apa yang kita sukai. Jika seorang dibesarkan dilingkungan sporty maka dia akan cenderung memilih model yang sporty, dan dia tidak akan tertarik mencoba model stiletto. Sama seperti hidup, jika kita dibesarkan dilingkungan yang individualitis maka kita akan lebih sering memilih pilihan yang memberikan privasi, namun jika kita dibesarkan dilingkungan yang penuh dengan kebersamaan, maka kita akan selalu memilih pilihan "Ga ada Loe, Ga Ramai".
Akhirnya dia mengambil sendal bertali yang cukup nyaman tapi modelnya tidak terlalu disukai dengan setengah terpaksa olehku :p Karena semua orang pada akhirnya harus mengambil pilihan dalam hidup, aku rasa adikku harus sering diajak berbelanja untuk terbiasa membuat pilihan.
Menentukan Pilihan dalam hidup kadang tidaklah serumit yang kita bayangkan, Cobalah menggunakan metode yang sama dengan memilih sepatu. Let's Live The Fullest by Making Choices with Calculated Risk
No comments:
Post a Comment