Sudah sekitar dua minggu aku membujuk adik kecilku untuk mengikuti kegiatan sejenis summer camp di area Puncak di bulan juni karena bertepatan dengan hari liburnya. Adikku tergolong anak rajin namun memiliki kepercayaan diri yang rendah sehingga aku melihat kegiatan ini cukup bagus untuk meningkatkan kepercayaan dirinya. Awal pertama kali aku mengajaknya, dia langsung berkata "boleh ajak teman?, boleh ajak si A, si B dll?" namun karena teman-teman yang mau diajak tidak masuk persyaratan umur akhirnya dia memutuskan untuk tidak ikut karena ga ada temennya dan memang acara ini diselenggarakan oleh komunitas remaja Buddhis yang bukan dari lingkungan tempat tinggal adikku. Aku mencoba membujuknya dengan mengatakan bahwa dia akan mendapat teman baru disitu, kegiatannya menyenangkan, daripada liburan dirumah tidak ngapa-ngapain dll, namun semua hal itu tidak berhasil meskipun aku sudah bolak-balik membujuknya sekitar 4-5 kali, dia tetap tidak ingin pergi.
Hal ini membuatku berpikir lebih serius mengapa dia tetap bersikeras tidak mau pergi padahal sepertinya dia akan suka dengan kegiatan di acara tersebut, aku mencoba mencari cara bagaimana membujuknya supaya mau. Beberapa hari kemudian, aku terpikir tentang awal ketika mau masuk ke perusahaan tempatku bekerja sekarang, dalam hati muncul rasa ragu dan enggan, ada pemikiran apakah aku bisa berteman baik dengan rekan yang baru?nantinya kalau pas makan siang, makan bareng siapa?teman-temannya belagu atau gimana ya?. Pemikiran ini lantas membawaku berpikir ke kondisi adik kecilku, dimana aku yang sudah besar ini saja kalau mau memulai sesuatu yang baru juga akan muncul keraguan baik besar maupun kecil. Ketakutan tersebut muncul karena aku merasa bahwa aku tidak tahu dengan pasti apa yang akan terjadi di tempat baru tersebut, dan mungkin itu juga yang terjadi pada adikku. Hal ini juga sama seperti ketika kita mengunjungi area yang belum pernah kita datangi, berkenalan dengan calon mertua / seorang petinggi. Kita merasa takut karena kita tidak tahu bagaimana reaksi mereka ketika bertemu dengan kita, namun berbeda ketika kita bertemu dengan orang tua dan pasangan, dimana kita merasa lebih nyaman karena sudah tau bagaimana reaksi mereka. Atau ketika memasuki sebuah rumah tak berpenghuni, kita akan memiliki rasa takut karena tidak tahu apa saja yang mungkin muncul, bisa saja ada sekelompok orang yang sedang bersembunyi & hendak menyergap kita, dll namun jika kita masuk kedalam rumah sendiri, kita akan masuk dengan rasa nyaman karena kita sudah tahu apa yang ada didalam rumah tersebut.
Akhirnya minggu kemarin aku menelepon dia sekali lagi dan bertanya padanya "kamu ga mau pergi karena kamu takut?karena kamu merasa ga kenal dengan siapa-siapa?", jawabnya "Iya". Dan akhirnya aku mencoba membujuk dengan analogi hari pertama sekolah
Aku : "Waktu hari pertama sekolah, kamu merasa takut?"
Adikku : "Iya"
Aku : "Kamu takut karena kamu ga tahu apa yang akan terjadi disekolah?Kalau sekarang?
Adikku : "Iya, tapi sekarang uda ga takut"
Aku : "Iya karena kamu sudah tahu disekolah ngapain, temannya seperti apa, betul?
Adikku : "Iya"
dan akhirnya aku pun mencoba memberikan penjelasan lebih detail mengenai urutan kegiatan yang akan dia lakukan selama kegiatan, memberikan gambaran dimana dia akan tidur, makanan yang seperti apa dan bagaimana tim panitia akan selalu membantunya kalau dia menghadapi kesulitan. Dan semua penjelasan tersebut akhirnya memberikan dia perspektif yang lebih jelas dan akhirnya dia mengatakan "Iya".
Rasa senang muncul bukan cuma karena berhasil membujuknya namun aku menyadari bahwa TAKUT muncul karena TIDAK TAHU dan sering kali karena TAKUT, kita langsung berhenti, menghindari melakukan sesuatu hal atau tidak mengambil satu keputusan sehingga memperlambat kemajuan kita padahal Ketidaktahuan bisa dirubah menjadi TAHU dan ketika kita sudah TAHU, maka rasa takut dan ragu akan menipis dan kita kita dapat membuat persiapan yang tepat untuk menghadapi hal tersebut.
Ketika Takut, Mulailah mencari Tahu
No comments:
Post a Comment