Beberapa kali seorang teman @tengkudita menceritakan filosofi bagaimana membina hubungan keluarga tepatnya dengan sang suami yg memiliki budaya yang bertolak belakang dan filosofi tsb adalah "Mengalah Untuk Menang". Istilah ini memang aku pahami ketika berada di dunia kerja, namun memasuki kehidupan berumah tangga, sejujurnya dalam hati aku tidak setuju krn menurutku hubungan suami istri seharusnya sama tinggi sama rendah, tidak ada yg saling mendominasi karena harus sama-sama sejajar.
Namun kegiatan di libur lebaran tahun ini akhirnya membuatku menyetujui filosofi tsb. Sehari sebelum libur panjang, aku sudah mulai merencanakan utk setiap hari harus diisi dgn bangun pagi dan jogging utk menikmati kesunyian komplek perumahan bersama suami. Namun rencana gagal di hr pertama tgl 17 aug krn suami malas bangun. Tgl 18 aug, krn merasa tidak enak telah melanggar janji, suami pun bangun dengan terpaksa & menemani kegiatan bersepeda. Kegiatan bersepeda juga yg juga akhirnya sekalian mengajak keponakan suami yg tinggal berdekatan. Di akhir kegiatan, sang suami pun mengakui menikmatinya dan langsung mengajak keponakannya untuk bersepeda lagi keesokan harinya. Esok hari dan lusa, sang suami selalu bangun dgn semangat dan terkesan sedikit memburuku utk bersepeda. Sikap dia yg sangat berbeda dr hari pertama membuatku berpikir bahwa semangatnya muncul hanya krn ingin bersepeda dgn keponakannya bukan dengan ku (terlepas dr benar tidakny pemikiran tsb). Dalam hati muncul rasa sebal dan cemburu. Aku ingin sekali melontarkan pertanyaan konfirmasi dan menuduh ke dia mengenai pemikiranku meskipun akhirnya aku berhasil utk tidak menanyakan hal tersebut. Aku memutuskan utk mencoba berpikir positif dan mengalah meredam egoku dgn pemikiran "plg tidak bisa sepedaan tiap pagi, anyhow tujuan awalku tercapai dan mungkin ini kesempatan yg baik utk membina hubungan dgn keponakannya".
Kegiatan bersepeda selama 3 hari yg diawali dengan rasa sebal, akhirnya bisa kukatakan memberikan hal baik diakhir dalam bentu kedekatan hubungan antara aku dengan keponakannya mulai terbangun. Kami menjadi memiliki keterikatan sehingga bisa mulai bermain dan bercanda bersama untuk 2 hari liburan yg tersisa dan suami jg merasakan hal yg menyenangkan dr kegiatan tersebut. Dan seperti biasa, seorg yg bahagia selalu akan membuat org disekitarnya juga menjadi bahagia. Dan inilah yg akhirnya membuatku memahami perkataan temanku Mengalah Untuk Menang. Aku mencoba mengalah dan meredam ego serta pemikiranku dan akhirnya aku mendapat 2 hal yg lebih baik lagi ditambah terlaksananya semua rencana liburanku (Arti Kemenangan ku). Ga rugi malah dapat bonus besar.
Seandainya pagi tersebut aku mulai menanyakan "koq tumben si kamu semangat bgt, kmrn malas2an?. Jangan2 kamu mau sepedaan krn mau brg keponakanmu?" maka reaksi yg mungkin muncul adalah "kalau gitu ga usa sepedaan dech, aku tidur aja. Nemenin salah ga nemenin jg ribut". Dan dapat ditebak, aku akan menghabiskan 4 hari liburanku dgn saling diam2an dan hubunganku dgn keponakannya juga tidak akan terbangun. Beruntung sekali pada pagi tersebut aku bisa menahan utk tidak melontarkan pertanyaan tersebut, sebaliknya aku mencoba menggunakan sedikit logika utk berpikir dan mengalah dgn meredam egoku.
Hidup "Mengalah Untuk Menang" !!!!
No comments:
Post a Comment