Monday, April 30, 2012

Jogja "The Slow City" Give Time To Enjoy Our Moment

Dalam rangka ulang tahun suami, kita pun travelling ke Yogyakarta. Secara Pribadi, Jogya sebenarnya bukan tempat wisata favoritku krn pemikiran ttg cita rasa makanan yg terlalu manis untukku secara aku adalah anak Sumatra. Namun aku tetap memilih Jogja krn suamiku pernah sekolah di Jogya & sebelumnya,dia terlihat senang sekali bercerita ttg kehidupan masa ABGnya. Jadilah kita terbang k yogya tgl 28/4.

Seperti semua orang,kalau ga makan Gudeg rasanya ga afdol, ,aka malam jm 10.30 pun kita keluar hotel menuju tempat gudeg lesehan "Gudeg Ibukota" yg jualan tepat di depan teras Toko Mas Ibukota. Melihat penataan & warna makanan, haiiizzz...kurang membangkitkan nafsu makanku, tapi 180° berbeda dengan suamiku. Akhirnya kita pesan satu porsi krn aku pengen nyicip doang & langsung duduk lesehan di depan toko org. Makin malam makin ramai & semua duduk diatas tiker tanpa meja & bersender di pintu toko & duduk sebarisan gitu dengan penerangan ala kadarnya dari lampu jalanan. Sambil mencicipi makanan dr piring suamiku, aku mengamati orang-orang yg tidak ambil pusing dgn kondisi lesehan mereka. Sambil memegangi piring mereka, sambil makan & ngobrol,semua org tampak sangat menikmati. Dan siapapun dia, naik mobil/naik motor, putih/hitam, gemuk/langsing, sudah mandi/belum,semuanya tampak sama, tidak terlihat adanya perbedaan satu dgn yg lain(perbedaan sosial) seperti yg  terlihat di mall-mall Jakarta dimana semua berusaha tampil "lebih" dr yang lain. Sehingga tempat tersebut bisa tidak terasa senyaman lesehan di gudeg ibukota.

Sambil memperhatikan sekeliling,aku mencoba menyicipi gudeg suami ku dan WowTernyata rasanya Enak....entah apakah aku terlalu lapar atau bgmn,tp ternyata tidak semanis yg aku pikirkan & nasinya pun.  masih anget (aku pikirnya bkl uda dingin) :D. Untuk rasa makanan ini, memang pribahasa Don't Judge The Book By Its Cover betul banget.

Besok malamnya kita mencari Bakmi Pak Rebo yg diinfoin teman kita. Keliling putar2 disiang hari ga ketemu akhirnya pas malam jm 10.00 kita keluar hotel lg & mencoba mencari sekali lg dan violla,ketemu...akhirnya tanpa pikir panjang, kita pun memesan bakmi godok&bakmi nyemek yg dimasak dengan kompor arang & cuma ada 2 kompor.Setelah memesan, langsung liat sekeliling & wowTernyata Meja semua tamu masih kosong artinya alamat menunggu lama mana uda malam.

Selama menunggu akhirnya aku memperhatikan proses memasaknya. Terasa sangat berbeda...jika dijakarta kalau beli kwetiau goreng, kokinya akan menggerakkan tangannya dengan cepat memasukkan semua bahan masakannya, "besh besh besh" dalam hitungan 1menit (sekitar) uda mateng...tapi disini "bbbbeeeeesssshhhhh bbbeeeessshhhh bbbeeeessshhhh" & dalam hitungan 4 menit baru mateng (rasanya lamban sekali seperti kebanyakan pengendara di Jogja yg mengemudi dengan pelan) Satu mangkok Dimasak/mangkok dengan hanya 2 kompor arang....wuallaa....dan kalau dihitung2, kita ada diurutan porsi kesebelas....dan artinya kita menunggu selama +/- 30 menit. Pas mie godok keluar,tanpa pikir panjang langsung kita cicipi...dan wuau....ok juga rasanya.....apalagi kalau digodok sama cabe rawit tadinya,tapi rasany pasti lbh enak...tidak sia sia harus keliling 2x utk nyari Bakmi Pak Rebo & yg plg penting yg aku pelajari disini adalah Menikmati Penantian,entah mengapa tapi rasanya ketika menanti tidak ada rasa marah/kesal, melihat ayunan tangannya yg cukup lambat ketika memasak mie tersebut rasanya sangat damai & semua tamu yg lainpun tidak ada yg komplain. Semua seolah memahami & tidak bermasalah menunggu lama berbeda dgn di Jakarta,dlm 15 menit ga keluar,rasanya uda resah sekali & marah.

Jogja mungkin bukan kota favoritku,tp disini aku belajar bagaimana Kesederhanaan mampu menghilangkan perbedaan sosial seperti ketika menikmati Gudeg lesehan dipinggir jalan.
Dan ternyata ketidaksabaran/kesabaran seseorang bisa dipengaruhi lingkungan dimana dia berada seperti menunggu makanan 30 menit bisa dilalui dengan ketenangan ketika semua orang "bergerak" dengan kecepatan yg sama yg memunculkan persepsi bahwa menunggu 30 menit adalah hal yg wajar, maka kita pun secara perlahan namun pasti beradaptasi yg akhirnya membuat kita menikmati penantian tersebut.

Be Slow for sometime is Good for Ourselves.

No comments:

Post a Comment