Thursday, April 19, 2012

Tulisan Lama "Face of MaJa"


Tulsian ini dibuat tgl 21 April 2007 ketika terjadi hujan dan banjir besar di Jakarta, namun dari bencana tersebut, aku belajar satu hal, aku belajar Face of Maja
========================================================================
MaJa
                                                         Keindahan yang terpancar

Suatu pandangan yang sudah lama tidak terlihat mengenai sesosok ciptaan Tuhan, Manusia khususnya Masyarakat Jakarta (MaJa) yang terkenal sebagai mahluk yang sangat Individualis, yang selalu dikejar oleh Sang Waktu, yang setiap harinya dari pagi sampai malam selalu berfokus pada “apa yang harus saya lakukan hari ini”, seakan-akan hidup merupakan pekerjaan, seolah-olah jika mengambil sedikit waktu untuk bersantai dapat membuat Manusia jatuh kedalam Lobang Hitam yang tiada akhir, selalu berlari tiada henti sampai Sang Surya digantikan oleh Sang Dewi yang mengajak dan menemani Manusia untuk berhenti dan beristirahat sejenak. Segala kesibukan yang mengawali hari demi hari telah menjadi satu kebiasaan yang jika tidak dilakukan seperti akan menimbulkan “Alergi” dalam tubuh dan Jiwa MaJa sendiri.
           
Hal ini mengubah Ciptaan Tuhan yang awalnya adalah mahluk yang Peka, Sosial dan mencintai kebersamaan, melupakan semua ini dan berubah menjadi mahluk Individual sehingga tidak dapat memperhatikan (BUTA) sekeliling mereka, tidak dapat melihat dan menikmati keindahan yang telah diberikan-Nya seperti terbitnya Sang Surya, Lambaian dedaunan yang mengucapkan “Apa kabar Dunia?”,seyuman disekelilingnya, anak kecil yang tersenyum dan mengucapkan “Papa Mama Selamat Pagi”, Sang Istri yang menunggu dengan sabar ucapan “Aku Pulang”, sang Ibu yang setia menemani buah hatinya Terlelap dan menyelimuti Anak tercintanya.
MaJa melupakan semua itu, dan aku juga termaksud salah satu dari MaJa yang tidak beruntung ini. Namun tanggal 21 April menyadarkan aku tentang satu hal atau bahkan lebih dari satu.

21 april, Hari itu harusnya menjadi hari libur ku, Tidak bekerja dan Kuliah, namun karena kebiasaan yang diataslah, aku beranjak dari tempat tidur dan menuju ke Kantor untuk bekerja karena aku berpikir

“it’s working time, bersemangatlah”.

Jam 1  siang, Hujan mulai turun dan semakin deras, aku tidak memperdulikannya, karena itu
‘hanya aktivitas alam yang biasa’, pikir ku, karena Kebiasaan tersebut.

Sampai aku mendengar kabar akan Genangan Air yang menghalangi Ku untuk pulang (betapa Acuhnya aku ini). Aku mulai Binggung terlebih tidak menemukan kendaraan untuk pulang, untungnya bertemu dengan seorang teman yang seperjalanan sehingga dapat saling berbagi cerita menghilangkan kebosanan dan kekesalanku.
Kesal karena berpikir
“kenapa aku ini begitu bodoh harus ke kantor, jika saja pada saat dijalan aku memutar haluan dan kembali kerumah (aku memiliki keraguan apakah memiliki jadwal kerja hari ini) aku tidak akan terjebak kedalam kemacetan, hujan lebat dan Banjir yang Konyol ini”, “apa yang ingin ditunjukkan Dia kepada diriku?”.  

Jam 6 sore, akhirnya menaiki angkutan umum yang penuh sesak dengan penumpang dan terus bertambah karena tidak adanya angkutan yang beroperasi pada saat itu, semua berdesak-desakan untuk mendapatkan sedikit bagian kecil untuk berpijak dan terhindar dari Hujan yang Konyol tersebut dan segera pulang kerumah. Saat itu, tiba-tiba terlintas dipikiranku,

Mama
Mama ku yang menunggu dengan cemas
     “kemana anak ini,jam segini kok belum pulang?”,
dan terlintas juga, orang-orang yang menunggu kepulangan para penumpang yang lain, orang-orang yang terjebak dalam kemacetan, betapa resahnya mereka yang menunggu kepulangan orang yang dicintainya yang tak kunjung sampai”, ya begitulah pikirku, dan berharap “Dia” memberikan ketenangan pada semua orang yang dengan setia menunggu.

Terjebak dalam kemacetan dan Hujan membuat Maja tidak dapat bergerak kemana-kemana, mereka harus dengan sabar (atau tepatnya Mau tidak Mau) untuk menunggu dan berhenti. Emosi, Kekesalan dan Kebosanan mulai timbul, Bunyi klakson Kendaraan terdengar dimana-mana seakan menjadi musik paling populer saat itu.

 ½ jam berlalu..........

1 jam berlalu............

Akhirnya MaJa kelelahan dan bosan mendengar Musik yang Populer tersebut, MaJa mulai  berhenti, melihat sekeliling. Dari dalam mobil dapat melihat barisan Sepeda motor dan orang-orang yang berhenti untuk lari dari hujan. Mereka mulai menerima kondisi tersebut. Diluar mobil, dalam kebasahan, MaJa melihat sekeliling, dari yang tadinya berwajah marah dan kesel, lama kelamaan berubah menjadi senyum kelelahan dan pasrah, ada yang mulai berbincang tentang kondisi yang ada, ada yang meminta Api untuk menyalakan Rokok dan ada yang tetap merasa kesel.

Mereka mulai melakukan interaksi yang jika tidak ada Hujan, Banjir dan Macet yang Konyol ini, mungkin tidak akan ada pemandangan seperti ini dijalan Raya. Yang ada hanya kendaraan yang melintas dengan cepat, asap kendaraan, dan wajah-wajah serius yang berpikir sambil membawa kendaraan, keegoisan untuk mencapai tempat tujuan masing-masing sampai selalu marah jika ada kendaraan lain yang menyalip atau menghalangi jalannya. Dan pada saat ini, bisakah mereka melakukan itu,bisakah mereka memarahi pengemudi yang menghalangi jalan mereka?, bisakah MaJa terus berlari mengejar waktu? Jawabannya,
“Tidak”
tapi MaJa bisa mulai membuka mata  melihat sekeliling, melihat keindahan yang ada.

Kakak-ku merupakan salah satu orang yang terjebak didalam kemacetan tersebut pada saat perjalanan untuk menjemputku. Dia terjebak dan tidak dapat bergerak. Aku menaiki Angkutan Umum metro mini 91 dan akhirnya diturunkan di Mal Taman Anggrek karena Macet ini.
Kakak-ku mulai terjebak dalam kemacetan ini ketika mendekati belokan ke Mal Taman Anggrek. Akhirnya diputuskan, aku pergi menyusul kakak-ku, temanku yang kebetulan teman sekerja ku menemaniku berjalan kaki melewati barisan kendaraan yang terdiam. Teman yang baik yang membohongiku kalau ia juga akan dijemput (yang pada akhirnya ia berjalan sendiri pulang kerumahnya)  sehingga aku dapat pulang duluan dengan kakak-ku yang mengendarai motor.
Dalam kemacetan itu, mulai terpikir untuk menerobos taman jalan yang untuk memutar balik, karena menunggu, akan membuat kita menunggu sampai jam berapa??. Pada saat ini, dimana yang biasanya MaJa yang begitu mementingkan diri sendiri, mulai menyadari tanpa kerjasama, saling membantu mereka tidak akan terbebas dari kediaman ini, akhirnya para pengendara motor mulai saling membantu mengangkat motor yang lain untuk dinaikkan ke taman jalan, 1 naik, 2 naik dan seterusnya, setelah motor ke-5 naik, kakak-ku dan aku mulai meninggalkan mereka. Kita mulai mengambil jalan yang berlawanan arah diikuti oleh motor berikutnya dibelakang. Beberapa motor yang berada dekat disana mulai bergerak.

Perjalanan mulai lancar meskipun berlawanan arah, sampai kita tiba ke suatu genangan air dekat kampus Untar, dan melihat kebelakang motor yang mengikuti tersisa 3 motor dan salah satu diantaranya adalah pengemudi wanita. Untuk menghindari genangan yang tinggi tersebut akhirnya kita mengambil jalan tol yang harusnya turun, tapi kita naik. Pelan-pelan menerobos barisan mobil didepan kita, kakak-ku yang awalnya kesal mulai merasakan sesuatu, dia mulai tersenyum dan berbincang dengan ringan sampai akhirnya kita tertawa. Kebetulan mengambil lajur kanan yang biasanya digunakan untuk kendaraan-kendaraan besar, kita harus berjalan dengan hati-hati dan dibelakang kita, pengemudi wanita yang tadi, harus mendorong motornya karena mogok, mendorong motor menaiki jalan tol yang tinggi, akhirnya “kepekaan” MaJa muncul dan turun dari motor untuk  membantunya mendorong motor, tidak lama kemudian, pegemudi lelaki dibelakangnya mulai mendekati dan membantu menyalakan mesin motor, dan akhirnya....

bremmm..
.
mesin motor trersebut nyala (kenapa tidak dari awal? J). dan akhirnya wanita tersebut mulai menampakan senyum diwajah dan mulai melaju bersama memotong kendaraan yang besar. Dia merupakan wanita yang hebat, dia juga berhasil mengikuti jalan-jalan yang dipotong kakak-ku yang boleh dibilang tergolong agak riskan (kebetulan ini juga merupakan hari Kartini, emansipasi wanita).
 Akhirnya setelah melewati perjalanan tol yang panjang tersebut, melihat kebelakang hanya tersisa pengemudi wanita tadi dan seorang pengemudi berjaket kuning. Kita bertiga akhirnya berhasil lolos dari kemacetan tersebut. Wajah senyum yang pasrah dan lelah berubah menjadi wajah Senyum yang bahagia, bahagia karena bisa segera pulang kerumah, bahagia karena akan segera berkumpul dengan orang yang yang dicintai dirumah, bahagia karena usaha membebaskan diri dari kekacauan tersebut berhasil.
Usaha yang indah.

Kakak-ku yang akhir-akhir ini mengesalkan ku, namun karena kasih sayangnya malam itu, aku dapat pulang kerumah, dapat melihat fenomena-fenomena yang menarik ini. Dan aku mulai bertanya “apakah ini yang ingin ditunjukkan padaku hari ini, sehingga aku bisa salah jadwal dan pergi kekantor??, apakah ini yang ingin ditunjukan pada MaJa?” jawabannya bisa berbeda-beda pada setiap MaJa, namun bagi ku ini merupakan hal yang menarik yang membuka mata ku kembali.
Hal ini memperlihatkan padaku bahwasanya, MaJa juga tetap memiliki kepekaan, sensitivity dan perhatian terhadap sekelilingnya, hanya saja MaJa terlalu terobsesi dengan semua pekerjaan dan ambisi sehingga membutakan mereka.
Namun apakah harus selalu dengan Banjir, Macet dan Hujan ini, untuk dapat membuka mata Hati MaJa???. Apakah setelah sehari, setelah seminggu, setelah sebulan dan akhirnya setahun, pandangan ini akan tetap melekat dipikiran???mungkin tidak semua MaJa akan mengenang hari itu, tapi akan ada sebagian yang akan tetap mengingat hari itu, dan akan berusaha untuk tetap membuka mata untuk melihat sekeliling, menikmati keindahan yang terpancar dari wajah-wajah MaJa yang lain, menikmati indahnya lambaian dedauanan dipagi hari, malam hari dan dimana yang mengucapkan “hi, apa kabar dunia?”, tawa anak kecil yang bermain. MaJa yang mengingat itu akan mencoba untuk membuka mata MaJa yang lain untuk menikmati keindahan yang diberikan-Nya dengan mulai memberikan senyum pada bapak-bapak atau Ibu-ibu yang kelelahan berjalan, orang dewasa yang terhanyut dalam pekerjaan, teman-teman yang bersedih  dan mengucapkan “ hi, Lihatlah dunia, berdiri dan lihatlah keindahan yang diberikan oleh Nya!!!”  (/ly J )

=================================================================
setelah membaca tulisan ini, aku berusaha mengingat siapakah temanku yang baik itu yang menemani aku jalan kaki? kenapa aku bisa lupa? ;(



  



No comments:

Post a Comment